Minggu, 18 Desember 2011

Tentang Dora, Celengan Ayam, dan Baju-bajunya

Hujannya masih menderas di luar sana. Saya menyendiri di kamar yang hawanya dingin ini.Ditemani novel terbarunya Dee Daveenar, blackberry, website On Line Shop saya, dan celengan ayam.

Kondisi fisik saya belakangan ini gampang sekali drop. Memang karena ada audit di kantor, saya terpaksa lembur sampai lebih dari dua minggu.Yang satunya lagi, karena ada sesuatu melesak di hati saya belakangan ini.
Tidak perlu diceritakan disini sesuatu itu apa. Percayalah itu bukan sesuatu yang melankolis dan membuat galau.

Dan kenapa celengan ayam?

Setiap orang bisa jadi punya sesuatu -entah barang atau yang lain- yang bisa menentramkan hati di saat semua terasa kacau dan membuat kita ingin sesaat berlari sejauh mungkin dari kenyataan

Teman saya, yang juga seorang blogger aktif merasa puas dan "surut" saat melampiaskan semua dalam tulisan-tulisannya.
Lalu saya? Sebuah lemari.

Bingung? Sebenarnya saya juga bingung mau memulai dari mana.
Simpelnya saya menghadapi sebuah kematian dua tahun lalu. Kematian yang juga sempat membuat saya mati suri, yang membuat saya ingin ikut mati -tapi itu mustahil, mengingat tidak ada sejarah yang bagus tentang bunuh diri.
Kematian bocah yang notabene adik bungsu saya.
Oke saya cut sampai disini.
Yang dia tinggalkan adalah kenangan. Itu pasti.
Hal lain yang di tinggalkan adalah sebuah lemari.
Disana yang saya katakan merupakan penguatan saya bila saya merasa ada yang mengganjal di hati saya.

Lemari ukuran besar yang memang khusus di tempatkan di kamar saya dan berisi benda-benda peninggalannya.

Dora.
Dia adalah fans fanatik dora. Sampai akhir hayatnya, kecuali dia terbaring di rumah sakit, tontonan wajib setiap paginya adalah serial Dora the Explorer. Serial yang juga tidak pernah lagi mau saya tonton sejak dua tahun lalu.

Celengan Ayam.
Tadi pagi saya menatap lama isi lemarinya, menyentuh buku-buku pelajarannya, dan berakhir pada celengannya. Celengan ayam berwarna kuning dengan jambul merah. Saat saya timang, beraaaat sekali. Saya tau, itu uang yang dia kumpulkan sejak dia dapat uang saku, sejak dia sekolah, dan saya juga tau celengan itu berat karena isinya kebanyakan adalah uang logam.
Dia pernah bilang celengan itu nantinya akan dia gunakan untuk apa. Saya masih sangat ingat.

Baju-bajunya
Saya merasa dia ada. Saya merasa dia sedang berkostum seperti baju-baju yang sempat saya buka lipatannya satu per satu. Ini sangat sakit. Perih, tapi tetap saja saya tabrak, karena seperti obat, semakin pahit di awal, khasiatnya semakin baik.

Ritual-ritual ini memang membuat saya meneteskan lagi air mata yang sudah saya janjikan tidak akan saya keluarkan lagi pertanda saya sudah rela. Tapi ternyata saya tetap manusia yang bisa larut dalam kenangan.
Saya tetap manusia yang menganggap "menyakiti" untuk menyembuhkan. Menyakiti diri sendiri untuk meredakan sesuatu yang bergejolak di dalam sini.
Celengan ayam itu buat saya adalah penguatan, perjuangan, kerelaan.

Celengan ayam yang juga tidak akan pernah di keluarkan isinya.

Minggu, 30 Oktober 2011

Sesuatu yang Patut Dipertanyakan

Kendali dan kunci adalah pada diri kita sendiri.
Mencoba dan berusaha menikmati juga salah satu jalan terbaik.
Tapi bayangkan seandainya semua itu tidak dibantu oleh faktor-faktor eksternal yang malah membuat kita ragu untuk bertahan.

Tetap semangat teman-temanku. Ini masalah kita semua. Keluarga besar kita. Mungkin sistem sudah dirancang sedemikian rupa untuk menghasilkan yang terbaik. Tapi renovasi yang diserahkan secara otonomi kepada yang terhormat kita yang salah kaprah.
Semangat teman-teman. Ini baru segelintir. Mental kita harus tetap mental mahasiswa yang nggak lulus bertaun-taun, ato mental mahasiswa yang sedang demo??

Sabtu, 22 Oktober 2011

Mungkin Memang Perlu

Mungkin.
Mungkin perlu melalui semuanya sebelum sampai pada tahap sekarang ini.
Mungkin memang perlu melalui dan mengalami berbagai hal sebelum menggapai yang tergenggam saat ini..
Mungkin memang perlu 17 tahun untuk menemukan dia yang disiapkan untuk dipertemukan..
Kecuali saya amnesia, saya tidak akan lupa penjelajahan pada perjalanan setapak yang saya lalui.
Mungkin memang harus ada yang pergi untuk mendapatkan yang tergaris seperti sekarang.
Mungkin memang harus ada yang berkorban lebih dulu demi kehidupan-kehidupan lain.
Skenario ini berujung kemana aku pergi.

Kepergian yang mengubah sebagian besar hidup saya.
Kepergian yang membuat saya kembali ke tanah leluhur.
Kepergian yang akhirnya membuka perlahan tabir yang belum terkuak walau sempat tersentuh.


Just take a nice rest in heaven, my Anggita Pramesti.

With a thousand of love,


Your sista

*Yang sedang mengingat sosok mungil yang mungkin sedang bermain riang gembira di taman Eden. Sedang dipangku Tuhannya, sedang mengamati kami dari Atas sana.

Selasa, 11 Oktober 2011

Sementara

Sementara dingin menyeruak, memaksa kita untuk memberinya ruang.
Sementara naluri bermain tanpa meminta ijin.
Sementara hati mendesah setengah teriak ingin menggapai tangan yang begitu jauh berjarak.

Sabtu, 03 September 2011

Some Stories in My September 2nd, 2011

Harusnya ini ditulis kemarin .Berhubunga saya nge-full dari pagi sampe tengah malem, dini hari deng, jadi baru sempet sekarang.

Jadi kemarin adalah hari lahir saya. Akhirnya genap 23 tahun saya menginjak bumi. 23. Sesuai jumlah nama saya. Berharap ini menjadi anugerah untuk perbaikan di depan.Kesempurnaan memang tidak akan saya dapatkan. Tapi dengan kondisi yang sekarang, saya sangat bersyukur, dan merasa sempurna bisa dikelilingi orang-orang yang menyayangi saya.

Ucapan pertama saya dapatkan dari pacar. Pacar saya memang bukan orang yang romantis. Bukan orang yang biasa dengan bunga atau kata-kata manis. Jadi nada suaranya saat mengucapkan, "Selamat ulang taun, ya, Sayang, ya.." buat saya sangat-sangat romantis. Manis manja gitu, deh. Padahal siang sebelumnya kita sempat bersitegang dikit.

Setelah nutup telpon dari pacar, nggak lama muncul nada ada Blackberry Messenger yang masuk. Dari partner MC saya, Dewa Gede Aditya Mahardika, yang juga rekan kantor tapi beda cabang. Dia ngirimin rekaman suara, lagu Happy Birthday yang dia nyanyiin sendiri, disertai ucapan selamat. Sungguh manis. Setelah itu kita sempat chatting sebentar, ngalor ngidul ngarep  deket-deket ini dapet job ngemsi yang gede, hehehe.....
Masih sekitar rekaman, berikutnya dari sahabat saya banget dari SMA. Adisty Luthfi Virgianda. Ngirimin MP3 lagu Happy Birthday. Sayang waktu itu saking gedenya size, kirimannya expired.
Berikutnya ucapan mulai berdatangan, entah di twitter, facebook, bbm, sampe sms. Tapi karena memang mata saya udah nggak nahan banget, akhirnya saya tinggal tidur. #sombongbanget

Dimulai dari aktivitas pagi, seperti biasa, kalo udah begadang, saya bangun kesiangan. Sampe akhirnya pas saya lagi pup, handphone saya menjerit-jerit lagi. Adek saya pun teriak dari luar toilet menyebutkan nama penelepon yang tertera.
Yak, mantan saya, yang saat itu kebetulan lagi liburan ke bali. -FYI, dulu kita setaun LDR. Saya di Denpasar, dia di Pontianak-
Kepalang nanggung, saya suruh biarin aja dulu. Akhirnya handphone saya menjerit lagi. Untung udah kelar pup. Kita ngobrol-ngobrol sedikit setelah dia ngucapin selamat ke saya. Ngomong-ngomong saya jadi inget tahun lalu dia nelpon saya tengah malem sambil nyanyiin lagu Happy Birthday dengan suara galau-galau karena tengah malam. Saya mau nggak mau ngakak, dong ya. Tapi tetep ngargain banget usahanya dia untuk beda.Toh suara dia juga sekaliber suara vokalis Coldplay. :D
Akhirnya telepon diakhiri sekalian dia pamitan karena entar malem harus balik ke Surabaya,  untuk ngelanjutin training dari kantornya.
Oiya nggak lupa juga saya say thanks buat hadiah yang dia kasi kecepetan. Beberapa hari sebelum ulang tahun saya. :)

Menjelang siang, saya dan keluarga pulang kampung ke daerah Penarungan, Mengwi. Sekitar 15 menit dari rumah saya. Deket, sih. Disana kebetulan saya dibuatin acara syukuran kecil-kecilan antar keluarga termasuk keluarga pacar. Kebetulan juga ada prosesi adat yang harus saya jalani karena hari ulang tahun saya juga bertepatan dengan hari lahir saya di kalender Saka.Setelah itu baru hidangan disediain.
Nah, ini dia kejadian rada-rada nyeleneh.
Jam 6 sorean, pacar saya dateng lengkap sama orang tua dan adeknya. Pas itu saya lagi asik ngolesin kuteks, deng, terus buru-buru saya kemas dan alhasil ga niat banget kuteksnya nempel di jari saya. belepotan.
Mama pacar saya nyerahin kue tart ke saya, dan nggak lama pacar saya nyuruh naruh kuenya di dapur dulu.
Kita ngobrol-ngobrol biasa, tiba-tiba pacar bilang, "Ambil kuenya..nih lilinnya masih di tas."
Gantian saya yang bengong.
"Aduuuh tadi itu salah strategi. Ngapain mama tuh bawa-bawa kuenya ke sini. Orang itu maksudnya entaran nyalainnya. Kan lilinnya masih di tas, " kata pacar saya sambil nunjuk tas kecilnya.
Saya ngakak pas ngerti maksudnya.
Maksudnya dia itu dia yang nyalain lilinnya, dia yang bawain ke saya. Tapi berhubung dari awal mamanya udah nyerahin itu kue ke saya, ya saya kalem,dong, Sodara-sodara..
Malah tadinya, abis kuenya saya terima, saya udah niat motong langsung. Makin gagal rencananya si pacar.
Akhirnya dengan prosesi kecil, strategi yang setengah gagal tadi itu jalan juga.
Saya make some wishes (memohonnya banyak banget soalnya), tiup lilin, dan motongin kue dibantuin pacar.
Potongan pertama jelas buat orang tua saya. Potongan kedua untuk orang tua pacar saya. Yang ketiga baru deh buat pacar. Menyusul bungkusan biru mungil yang dia kasi ke saya, dan isinya sama sekali nggak saya duga, bikin senyum-senyum sendiri. Bakal sering ngedampingin saya menghadapi hari-hari.
Makasi, Pacar :)

Thanks, Love.

Saya sampe di rumah sekitar jam 9-an malem. Itu juga masih ada rencana mau keluar lagi sama pacar. Belum lama saya sampe di rumah, ada sms dari Laras, salah satu anggota geng saya jaman kuliah di Pontianak (GENG, cuy! GENGGGGG!). Nggak, kita nggak nge-geng. Cuma jaman kuliah emang kita sering barengan bertiga belas. Yang cewek, kita julukin WACUD a.k.a Wanita Racun Dunia. Yang cowok kita julukin Begundal.
Oya, balik lagi. Laras ngasi tau kalo mau nelpon saya. Ya, saya suruh nelpon aja.
Nggak taunyaaaaa, mereka lagi pada ngumpul di rumah salah satu Wacud bernama Vemi. Ceritanya sih dari pagi katanya mereka udah jalan sampe ke malem.
Dan jadilah telepon keroyokan dari mereka. Diawali dengan absen anggota satu-satu, lalu tiba-tiba nyanyiin lagu Happy Birthday rame-rame buat saya...... Efeknya ada kaca-kaca gitu di mata saya. Nggak bisa saya tuangin ke kata-kata gimana mendadak melownya hati saya. Tau saya hampir nangis, saya malah diledek-ledek. Sumpah demi langit bumi, saya kangen banget sama mereka. Kangen BANGET.
9 dari 13

Dilanjutin dengan ngobrol satu-satu dengan mereka. Nggak berubah! Udah pada tua tapi masih suka nggak jelas. Ngegodain saya tanpa ampun-ampunan. Tapi justru itu yang ngebuat senyum saya nggak berhenti dari awal mereka nelpon. Mereka selalu penuh kejutan. Dari dulu. :)


Akhirnya berhubung pacar saya udah jemput, dan saya udah selesai ngobrol sama mereka satu per satu, telepon di sudahi. Sempat-sempatnya mereka request ke saya untuk kiss bye. Alhasil saya bagai ababil yang telponan sama pacarnya.. ngucapin "Muaaaaccchh" berkali-kali.


Nah, ini momen selanjutnya. Perlu saya ceritain?? Hehehehehe..
Saya dan pacar sampe di Pantai Kuta sekitar jam 10 malem. Kurang deh. Jam 10 kurang.
Anginnya, bo! Akhirnya saya dan pacar memilih menikmati pemandangan dari mini market 24 jam di tepi pantai. Kebetulan di halaman mini market itu banyak bangku-bangku dan meja yang disusun untuk mereka-mereka yang pengen nongkrong di situ.
Ditemani 2 botol beer Pilsener dan Leo keripik kentang, kita ngobrol-ngobrol seputaran hal-hal kecil di sekeliling kita.
Ini yang saya suka di saat-saat seperti itu, saya merasa dekat, saya merasa aman, terlindungi. dan disayangi.
Dia memang bukan cowok yang romantis. Bukan juga cowok yang melow-melow sama suasana. Malah cenderung ngocol melulu. Tapi nggak tau kenapa, dia selalu ngebuat saya merasa betah dan memercayai dia untuk segala sesuatu yang sedang saya kerjakan. Dia membimbing dan mengajari saya dengan kekonyolan yang tidak diciptakan dengan kepura-puraan. :)
Jadi malam itu, saya daratkan ciuman kecil di bibirnya sebagai ucapan terimakasih untuk perannya yang luar biasa, hingga mendampingi saya di malam yang sebentar lagi akan bersalin menjadi dini hari.

Saya menutup malam ke 23 kalinya saya merayakan hari jadi dengan doa. Doa sederhana. Yang saya pinta dengan kerendahan hati untuk kehidupan orang-orang yang saya cintai dan membagi cinta dengan saya dengan tulus.
Untuk kedua orang tuaku, adik-adikku, tunanganku, dan almarhumah Pelangiku.


Hey you
I know I’m in the wrong
Time flies
When you’re having fun
You wake up
Another year is gone
You’re twenty-one
I guess you wanna know
Why I’m on the phone
It’s been a day or so
I know it’s kind of late
But Happy Birthday
Happy Birthday~~The Click Five 

Saya bahagia..
Bahagiaaaaaaaaa sekali :)

Minggu, 19 Juni 2011

Small Discuss in Our Nice Sunday

Namanya manusiawi, ya, kita yang nggak pernah bener-bener puas dengan apa yang udah kita punya. Ada aja hal-hal remeh temeh tetek-bengek-bengep-melember yang ngebuat kita ngerasa kekurangan sesuatu.

Siang ini, saya dan rekan-rekan seperjuangan di kantor ketemuan, selain untuk temu kangen, juga untuk ngebunuh Minggu supaya dia nggak membosankan.
Kita berempat. Seangkatan waktu pendidikan. Kebetulan yang dua orang lagi -Tirta dan Awal- beda cabang dengan kita berdua -saya dan Ayu-

Semua topik akhirnya ter-blow up ke permukaan. Dimulai dengan yang ringan-ringan seputaran kerjaan, merambat ke relationship kita masing-masing, bonus, insentif, gaji dan perkembangan karir di kantor, Dewi Persik yang operasi selaput dara, blah blah blah! Melebar, menggendut, sampai kehabisan topik, kehabisan donat dan kehabisan minuman.

Jujur, seneng banget lama nggak ketemuan gitu. Serasa ngulang waktu classroom jaman kita masih jadi pegawai baru nan lugu
Tapi disamping itu, banyak sisa-sisa obrolan yang membuat saya berpikir jauh, dalam perjalanan pulang, dan sampai saya menggerayangi tuts-tuts lembut ini.

Ketidakpuasan mungkin memang diciptakan untuk menjadi setan yang harus diperangi, ya.
Walopun secara keseluruhan kita bahagia (dengan tidak menyinggung topik manapun), tapi keadaan-keadaan yang seperti itu terus ada.
Saya sering disiram nasihat sama pasangan saya.
"Lihat ke atas, maka kamu akan terus termotivasi. Lihat ke bawah, agar kamu selalu bersyukur."
Sesuatu yang sangat saya kagumi sebenarnya dari dia. Karena dia bisa membuktikan kata-katanya.
Masalahnya adalah, mata kita-kita nggak cuma bisa ngelirik ke atas dan ke bawah. Tapi juga ke kiri dan ke kanan.
Lirikan kiri kanan ini yang bisa mengundang setan. Aduh, bahasa saya kacau balau, ya. Maklum, cuaca panas, Mas Bro, Mbak Bro.

Saya, sih, mengakui bukan orang yang sangat bijak dalam berpikir, berkata, dan bertindak. Tapi rumpian tadi itu jadi bahan evaluasi juga untuk diri saya terutama.

Apa, sih, sebenernya yang membuat kita ngerasa nggak pernah cukup? Karena sudah mendapatkan sesuatu, lalu mengetahui ada hal lain yang lebih, yang bisa kita raih dengan keadaan di atas keadaan sekarang?
Begituuuu terus sampai semua ada di titik puncak, yang kita nggak tau kapan akan sampe kesana.
Tapi saya ragu, apa yang model-model begitu bakal ada titik puncaknya.
Karena saya juga, -tidak munafik- kadang merasa nggak puas dengan yang saya terima, padahal toh diliat-liat dengan cermat, keadaan saya juga nggak ada kurang-kurang yang bikin saya sengsara.
Keluarga, tunangan, teman-teman, pekerjaan dan penghasilan. Semua istilahnya lebih dari cukup untuk dinikmati.
Nah tentang yang belum saya dapatkan mungkin akan lebih panjang daripada apa yang sudah saya miliki kalo dijabarkan.
Tapi maknanya disini nggak selalu untuk hal-hal yang lux dan berbau materi, ya.
Hal-hal sederhana, deh. Dan nggak akan sama kadar puasnya si orang satu dengan si orang dua.
Nggak bisa bilang "STOP" untuk apa yang kita peroleh.
Sudah mendapatkan si ini, si batin demo pake speaker "Aku pengen yang itu! Buruan dapetin"
Tercapai yang itu, "Eh yang sana juga mesti."
Sana sudah di genggam, "Akan lebih sempurna kalo sini juga bisa"
Maka dapatlah si sini, dan akan teruuusss ada si situ si siti, si sita, si sito..

Kapan berhenti?
Kalimat simpelnya, kan, "Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah...."
Yakin kalimat itu benar-benar sesimpel kedengarannya?

Saya masih belajar, lho.
Ada yang udah sukses membunuh si ini, itu, sini, sana, situ, siti, sita, dan sito?
Boleh di share :)

Kamis, 16 Juni 2011

Dear Mantan Kekasih..........................

Hari ini, kamu menepati janjimu, Mantan Kekasih..
Satu hal yang memang tidak pernah diragukan dari dulu, dari kepribadianmu.
Tepat janji.

Selamat, Mantan Kekasih..
Sukses itu kini ada disisimu, berjalan mengikuti perintah otak atas restu Tuhanmu.
Lihatlah dirimu, Mantan Kekasih. Seorang pria tahan banting yang pantang menyerah menjadi pahlawan bagi Ibu, Kakak, dan keponakan-keponakan tersayangmu.
Semua memang pantas untuk menjadi hasil dari apa yang kamu perjuangkan.
Aku? Aku yang mantan kekasihmu berbangga dan ikut berbahagia dengan apa yang kamu peroleh sore ini.

Selamat, Mantan Kekasih..
Hari baru sedang menanti untuk kamu taklukkan. Dia sedang angkuh, tegak menjulang di sana, menunggumu, menanti kekuatanmu.
Berlarilah, Mantan Kekasih. Mereka minta dikejar : masa depan, cinta, dan hidup yang lebih baik.

Oh ya, Mantan Kekasih... Kekasihku menitipkan salam kepadamu. Kamu hebat, katanya... :)

Minggu, 12 Juni 2011

Di Minggu yang Kesekian

Di Minggu yang kesekian pada akhirnya aku menyerah
Menyerah bukan pada kenyataan
tapi pada diriku sendiri.
Itu selebihnya karena aku sendiri yang tidak memiliki alasan untuk mempertahankan apa yang ada di pikiranku.

Mungkin adalah sebuah kebodohan yang sangat bodoh memelihara ragu terlalu lama
Ia beku di dalam sana, kemudian seketika mencair dengan tidak meminta ijin terlebih dulu

Apa lagi yang dicari sebenarnya, karena sempurna memang tidak akan pernah ada
Bercermin, dan kutemukan diriku sendiri seperti kata-kata yang aku lontarkan
Dan tersadarlah, bahwa kata-kata itu sebenarnya adalah untukku sendiri

Bodoh.



#Sajak di hari Minggu karena dingin menyergap, dan jari meronta ingin meloncat pada tuts-tuts hitam di depan mata.

Rabu, 08 Juni 2011

Ini Cuma Tentang Kita, Pangeran

Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember...................

Boleh saya menaruh harapan untuk waktu yang akan segera datang, Pangeran?
Karena bila saya kamu tempatkan sebagai sayap kirimu, maka aku dengan yakin memercayaimu sebagai garda depanku.

Minggu, 05 Juni 2011

Ibu kepada Gadisnya

Mama bilang "Kamu bukan anak kecil lagi..."
Mama bilang, "Dulu pake pembalut aja masih miring-miring, tembus sana-sini. Tiap minggu teriak-teriak pengen makan di KFC"
Mama bilang, "Sekarang baju-baju model baru, kuteks kuku warna-warna genit, perhiasan-perhiasan kecil mulai penuh di lemari sama meja rias."
Mama bilang, "Bahkan kamu sekarang bisa nolak tiap disodorin uang saku tambahan..."
Mama bilang, "Alasannya sekarang udah waktunya memberi, bukan menerima lagi..."
Mama bilang, "Terus gimana sama ****? Kapan rencananya?"
Mama bilang, "Pengennya Mama, jangan lama-lama. Tapi kalo cepet-cepet juga..... Gimana ya? Nanti jarang jenguk Mama."
Mama bilang, "Pokoknya sekarang jangan kayak anak kecil lagi. Dengerin kalo dikasi tau calon suami. Dia bilang nggak, jangan ngelawan.. Biar suami segan."

Saya.
Saya diam. Menahan haru mendengar getar suara seorang Ibu yang takut akan kesepian temporernya........

Tersenyumlah Pada Hidupmu, Teman

Hidup ini lucu.
Mengayunmu, membuaimu, lalu mengejutkanmu. Jangan bicara tentang konsep ketuhanan untuk hal ini. Bukannya tidak mau, tapi memang hanya ingin membahas tentang itu, tanpa mengecilkan peran Penciptanya.

Hidup kadang membuatmu membenci sesuatu.
Tapi hidup menunjukkan kepadamu bahwa apa yang kamu benci ternyata menjadi yang terbaik -kadangkala dan tidak semua, tentu saja.

Senin, 16 Mei 2011

New Title, New Knowledge, New Phase

Otak saya sudah meluber-luber ingin berkisah.
Jadiii.... tepat tanggal 13 Mei 2011 kemarin, resmi sudah saya menyandang gelar kedua untuk diletakkan di belakang nama saya : AKUNTAN
Sungguh dengan segala kerendahan hati dan syukur, terimakasih saya panjatkan kepada Pencipta saya karena diberi kesempatan membahagiakan orang tua dan keluarga besar dengan cara yang sederhana ini. Menyelesaikan pendidikan.
Nggak mudah memang mencapai hari itu. Satu tahun saya lewatkan dengan perjuangan dan fokus semaksimal mungkin. Begadang sampe subuh bersama Novianti Indah Susanti dan Tina Semadi, terkadang memilih tempat-tempat "elite" untuk membangkitkan suasana "positif" saat mengerjakan tugas (halah!), kadang menyelesaikan tugas dengan cara kami sendiri. Sumpah, saya merindukan saat-saat itu.

Saya juga belum lupa pengalaman pertama saya kerja di sini, di Bali. Mencuri-curi kesempatan ngerjain tugas di sela-sela jam kantor yang ujungnya membuat saya menyerah dan memilih pendidikan saya.
Satu tahun yang luar biasa dilewatkan bersama orang-orang hebat di kelas saya yang berjumlah 30 orang. Satu tahun yang hebat karena saya juga di support orang-orang terhebat dalam hidup saya.

Ilmu sebenarnya tidak bisa dibeli. Eh, sejujurnya saya masih belum puas sekolah. Tapi dengan kesibukan kerja seperti sekarang ini, keadaan belum memungkinkan untuk menambah gelar ketiga lagi. Tapi saya pengen suatu saat, di saat karir saya mulai menanjak dan memberi waktu luang kepada saya untuk "bernapas", saya pasti mengambil kesempatan itu.

Sayangnya, di jenjang pendidikan ini nggak ada yang namanya tugas akhir sejenis skripsi seperti S1 karena memang ini pendidikan profesi atau spesialis atau apalah bahasanya. Jadi saya cuma bisa mengucapkan terimakasih layaknya di lembar persembahan skripsi di media ini.

Untuk Tuhanku Maha Pemberi Nikmat, luar biasa Kau bentuk aku menjadi manusia yang selalu sadar akan hadirMu di setiap denyut-denyut nadiku.

Untuk kedua orangtuaku, orang tua yang hebat, yang tidak putus melimpahkan segala cinta dengan berbagai cara, mendukung dan memberi arahan untuk hidup.

Untuk almarhum Pelangiku. Mbak tau, Sayang, kamu senyum di atas Sana, kan? Toga kedua yang mbak persembahkan untuk dedek. Mbak yakin seyakinnya, ada kekuatanmu melimpah ke kehidupan mbak.

Untuk para sahabat rekan S1 dan rekan seperjuangan di PPAk, kita melewatkan hari dengan bahasa kita, dengan gelak kita, dengan curangnya kita. Sungguh manis! :)

Untuk seseorang yang pernah memberi warna di masa lalu, sekaligus teman bertukar pikiran sampai sekarang: Hendra Siahaan, terimakasih untuk kata demi kata yang pernah terlontar, yang membuat saya tersenyum dan cemberut. Kamu sangat mengerti bagaimana "mencambuk" saya saat semangat sedang mati suri. Setengah gelar ini ada karena kamu :)

Dan terakhir, ijinkan saya menorehkan ucapan terpanjang disini. Untuk yang menempati sisi hati saya, Agus Mahendra Caryadwipa, pasangan, teman, sekaligus kakak..
Mungkin tatapan saya pun sudah bicara banyak kepadamu. Sehingga saya tiba-tiba merasa bodoh untuk mengungkapkannya dalam kata-kata. Terimakasih telah menemani saya menapaki jalan yang terkadang curam untuk kemudian menemukan lahan lapang yang semakin mudah dijalani. Kamu memang tidak sempurna, tapi caramu yang menyempurnakan saya dari berbagai sisi.

Finally, God... : Ni Putu Pramita Pramiswari, SE, Ak.

Minggu, 01 Mei 2011

Kisah yang Ingin Bercerita

Semua orang memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan. Hanya kadang keputusan itu perlu pertimbangan-pertimbangan untuk dilakukan.

Skenario hidup dikreasikan dengan penuh rencana lengkap dengan sisi-sisi pelengkap oleh Pencipta kita. Merunut dari apa yang terjadi, saya bisa menyimpulkan, sampai ke suatu titik hidup memerlukan proses, sekalipun proses yang menyakitkan.
Masalah adalah arena belajar untuk meng-upgrade kemampuan diri me-manage kehidupan pribadi kita.
Marah, kecewa, sedih, mungkin memang "disiapkan" untuk melangkah ke proses selanjutnya dalam hidup.

Setidaknya itulah yang terjadi.
Pada saya.
Dan kehidupan saya.

Dari kacamata yang sedang mencoba belajar dewasa, saya harus berterima kasih kepada masalah. Jangan salah. Saya tidak berterima kasih sama sekali kepada orang yang membuat masalah itu menjadi ada -walau bagaimanapun, kita tetap menginginkan terbebas dari masalah, kan?-
Saya berterima kasih kepada "sinyal" Tuhan sehingga saya bisa menemukan sumber masalahnya dan menjadi pokok bahasan.

Ingatan saya melayang kembali di malam itu. Malam dimana saya menghabiskan malam di tepi pantai, merebahkan tubuh di dalam mobil sampai pagi, menatap sepasang mata pedih di sebelah saya.
Malam yang seharusnya saya syukuri karena menjadi titik balik dari apa yang terjadi.
Genggaman yang tidak dia lepaskan dan berujung pada keputusan besar dari kami berdua, yang terjadi seminggu kemudian.

Untuk memastikan semua baik-baik saja perlu keyakinan lebih dalam lagi. Setidaknya kami sudah berani berkeputusan selangkah lebih maju dari yang sebelumnya.
Masalah yang akhirnya kami tertawakan dan menjadi bahan ejekan berdua.
Ada pesan yang selalu saya ingat..
"Maafkanlah hari kemarin, dan jangan pernah takut pada hari esok...."

Akhirnya, kebahagiaan terletak pada cara kita memperlakukan hidup kita sendiri dan memandangnya dari kacamata pilihan kita, apakah itu dari kutub positif, atau kutub negatif. :)

Senin, 21 Februari 2011

Yang Punya Arti di Sisi Sebelah Sana

Setidaknya yang terbaik adalah menikmati hari ini dengan orang-orang yang menyayangimu dengan tulus. Sekalipun aku begitu, aku cukup tahu diri untuk tidak merusak semua yang sedang kamu jalani atas nama proses..

Maaf, yang punya arti di sisi sebelah sana memang tetap pada tempatnya, tidak berubah..
Tapi demi rangkaian hari-hari di depan, biar dia tetap di sebelah sana, tergeser oleh peran utama yang sedang melakon saat ini. Melakon dalam hidupku, dan yang akan melakon dalam hidupmu.
Karena aku sudah mempersiapkan yang punya arti di sisi sebelah sana suatu hari harus benar-benar tergeser untuk sebuah alasan dan realitas.