Minggu, 03 Agustus 2014

A Moment, an Unforgetable Memory

Well to the well well well...
Setelah satu bulan lamanya tidak blogging sama sekali dan -seperti biasa- sebelum memori terhapus karena waktu merenggut.
Dari awal bulan mau ngeblog tapi apa daya.. kesibukan baru saya bener-bener mengasyikkan dan lumayan menguras tenaga.

Akhirnya di tanggal 1 Juli 2014 yang kita tunggu tunggu akhirnya muncul juga. Puji syukur saya haturkan pada Maha Pemberi Kehidupan yang telah menganugerahkan seorang bidadari cantik untuk memperindah kehidupan keluarga kecil kami.
Proses kelahirannya juga cenderung dramatis buat saya. Apa karena saya belum pernah melahirkan ya sebelumnya, hehe.

Soooooo sebenernya prediksi dokter itu tanggal 28 Juni 2014. Tapi hitungan saya sendiri itu sekitar pertengahan Juli. Karena saat setelah menikah saya masih mens satu kali dan dulu masih LDR sama suami. Jadi kelar mens nggak langsung ketemu. Nah inilah yang bikin bingung untuk ngitung hari perkiraan lahir atau HPL nya. Jeadi dokter bilang ikut prediksi yang muncul pertama kali saat USG.

Seperti di postingan sebelumnya, di tanggal 28 saya disarankan NST atau cek detak jantung bayi. Ke Rumah Sakitlah kita pagi itu. NST nya sendiri memakan waktu sekitar setengah jam.

Selesai NST, suster nelpon dokter saya dan dokter menyarankan untuk diinduksi. Tapi saya nolak karena saya pikir ini masih pas banget dengan perkiraan dan feeling saya ini emang belum waktunya. Saya minta konsul lagi ke dokter tanggal 30 Juni untuk diskusi langsung (kebetulan tanggal 28 adalah sabtu dan dokter saya praktek di Jimbaran).

Tanggal 30 Juni malem saya bareng suami dan mertua ke RS lagi. Ini saya sudah mulai feeling karena kemarin saya sempet mules yang nggak biasa. Saya di PD (periksa dalam) dan sudah bukaan 2 ternyata. Wah! Padahal
Dan rasanya saat di PD itu suakitnyaaaa sampe saya njerit. Ya karena kaget juga, sih. Jujur saya langsung parno sendiri mengingat bukaan itu sampe bukaan 10 dan tiap ngecek saya bakal dibeginiin lagi. Hahhaha.
Dokter nagajuin opsi untuk langsung opname malam itu juga, atau saya mau dikasi obat supaya mulesnya nambah dan mendorong bukaan. Tapi saya dan suami memutuskan untuk pulang dulu dan menunggu bukaan berjalan normal.

Sampai di rumah saya dan suami langsung sembahyang minta agar proses yang akan saya lalui dilancarkan dan saya dikuatkan. Saya ngerasa deg2an, sedih sekaligus senang saat itu. Deg-degan karena ini pertama kalinya saya menjalani proses ini. Sedihnya karena saya akan merindukan saat2 saya hamil dan suka duka selama 9 bulan. Bahagianya ya tentunya penantian saya akan jadi kenyataan bentar lagi.
Setelah sembahyang saya merasa lebih rileks. Saya coba untuk hypnobirthing, merilekskan pikiran dan mengajak janin berkomunikasi minta kerjasamanya agar semua lancar. Mertua saya beliin saya jus kelapa yang katanya bisa memperlancar persalinan. Jus kelapa maksudnya kelapa dikerok terus di blender. Hmm agak aneh sih.
Suami saya malah nggak tenangan. Dia bolak balik ngajak ke RS malam itu juga. Tapi ntah kenapa saya maunya di rumah dulu aja.
Malam itu saya tidur lelap dan suami sama sekali nggak tidur, apalagi ada bola!
Saya telpon mama saya minta doa dan restu dari beliau.

Sehabis pulang dari Rumah Sakit. Sehari sebelum lahiran. Nggak semet-sempet niat mau maternity photo, Ya sudahlah


Pagi tanggal 1 Juli saya kebangun jam 6 pagi karena ngerasa ada yang aneh. Saya ke wc dan ternyata saya udah ngeflek. Saya langsung ngasi tau suami dan kita siap-siap ke RS.

Sesampainya di RS.saya langsung diminta ke ruangan bersalin dan lagi-lagi cek bukaan. Isshhhh. Bener-bener deh. Ternyata sudah bukaan 3. Saya ganti baju yang disiapkan rumah sakit dan jalan-jalan keliling rumah sakit. Usaha untuk mempercepat bukaan maksudnya.

Masih ketawa-ketawa pas bukaan 4

Dokter dateng sekitar jam setengah sembilan.Dan lagi-lagi di cek bukaan, oke sudah bukaan empat lunak, mau ke lima. Makin semangat lah saya, karena menurut kata orang-orang dan saya baca, dari bukaan 1 menuju 4 itu lama banget dan setelah 5 itu cepet. Perkiraan dokter saya bukaan sempurna jam 2 siang. Senangnyaaaaa..

"Kok bukaan 4 biasa-biasa aja,sih ,Bu? Ada pasien yang udah teriak-teriak pas bukaan 4." Kata Suster yang bantuin dokter periksa dalem.

"Masa, sih, Mbak? Saya sebenernya mules kok, Mbak, cuma belum kuat dan nggak seserem yang saya denger dari orang."
(Kebanyakan dengerin orang)

"Kalo gitu saya baca-baca buku di sebelah, ya, sambil nunggu," kata dokter saya. Padahal setahuku beliau ada jadwal praktek di Jimbaran jam 10. Demi sayaaaaaaa.....terharu.

Setelah dinyatakan bukaan 5, saya masih sempet jalan-jalan bentar. Oiya, orang tua saya dan mertua udah komplit nunggu di RS, walopun nggak lama setelah itu Bapak saya pamit ke kantor. Sedangkan suami udah ijin ke Pak Bos untuk nggak masuk kantor.
Mbak suster nyuruh saya istirahat supaya tenaga full pas bukaan lengkap, "Bu,istirahat aja, biar nanti tenaganya nggak habis pas mau ngejan."
Oke, baiklah. Saya akhirnya berbaring di bed dan nggak lama ada suster yang dateng dan nyuntikkin sesuatu ke panggul saya.
"Ini untuk apa ya, Sus?"
"Supaya Ibu kuat nanti pas ngejan."
Dikata guwe lemah apeeeeeh.... Ya sudahlah, untuk kebaikan, toh.....

Nggak lama setelah disuntik saya merasakan sesuatu nusuk-nusuk perut bawah dan pinggang belakang. Oh lala.. mulesnya mulai meningkat,nih, gitu saya pikir. Tapi kok berasa mau pup juga ya. Saya jadi ragu ini mules karena dorongan si dedek apa saya mau pup. Akhirnya saya lapor sama Mbak Suster, "Mbak ini saya nggak tau mau pup atau mules.Saya coba ke toilet dulu, ya."
"Iya Bu, silahkan. Soalnya nanti udah bukaan di atas 7 kita nggak ijinin lagi ke toilet."
Jadilah saya terduduk menunggu di toilet dan nggak menghasilkan apa-apa. Saya berkesimpulan ini adalah dorongan kepalanya dedek. Good job, Cantik... Ayo terus, gitu batin saya.

Sekembalinya saya ke ruang bersalin, mulesnya semakin menjadi. Saya yang tadi nyengir-nyengir berubah jadi meringis. Suami saya nggak berhenti megangin tangan saya, sesekali ngajakin becanda. Tapi semua serasa udah mental. Saya coba juga tehnik hypnobirthing dan relaksasi dibantu musik relaksasi dari henpon suami, gagal juga. Saya tetap meringis. Ini sakit yang paling sakit selama saya hidup. Gimana nggak, sakitnya depan dan belakang. Dibawah pinggul saya serasa di tusuk sama benda segede gaban.Mama dan mertua saya bolak balik ke kamar bersalin, "Caesar aja lah ya.. Nggak mau?"
Saya menggeleng, saya keukeuh pengen lahiran normal supaya sempurna menjalani kodrat sebagai wanita, gitu pikir saya.

Sekian jam berlalu dengan saya menahan sakit yang semakin menjadi. Kata-kata yang keluar dari mulut saya cuma, "Sakit... sakit... sakit, Ayah... Sakit.." sambil meremas tangan suami saya tiap kontraksi itu datang.
Saya trenyuh saat  ngeliat air mata di sudut mata suami.
Nggak lama dia berkata, "Nggak bakal aku macem-macem, Bun.. Gini perjuanganmu ngelahirin anakku,"
Saya hanya mampu mengangguk sambil membatin, aku juga, keluarga kecil kita adalah hal terdepan yang ada di benak sebelum aku melakukan sesuatu.

Didera rasa sakit yang begitu hebat, saya berpikir mungkin ini uda bukaan 6 atau 7 karena frekuensi mulesnya sering dari sebelumnya.

Sampailah akhirnya jarum jam menunjukkan pukul 15.00 WITA. Perawat kembali masuk dan ngecek bukaan. Alangkah kagetnya saya saat suster berkata, "Oh, masih bukaan 5 ini, Bu..." dengan nada yang -ya,ampun..sabar ya, Bu-
Saya semakin stress, sakit yang begitu sangat tapi bukaan nggak jalan-jalan.
Perawat saya nelpon dokter dan dokter menyarankan untuk diinduksi.
"Gimana, Bun? Mau induksi apa mau caesar sekalian. Kalo caesar, setengah jam lagi kamu udah bisa ketemu anakmu," Suamiku mencoba bernegosiasi.
Dan aku masih keukeuh, "Induksi aja....."
Kembali suami saya, "Yakin kamu? Masih bisa tahan sakitnya?"
Saya terdiam. Ya, jujur saya emang udah nggak tahan lagi sama mulesnya. Sudah luar biasa Tapi dorongan untuk lahiran normal masih tinggi.
Suter pun ngasi kita waktu untuk berpikir.

Selang setengah jam kemudian, suster pun menanyakan keputusan kami.
"Induksi aja, Sus....."
Dan dalam sekian detik kemudian, "Sus, caesar aja......."
Saya menyerah. Tenaga saya sudah terkuras rasanya. Keringat juga mulai membanjiri tubuh saya.
Dan begitulah....
Maka tidak lama, saya menerima ciuman dari mama saya, mertua dan suami. Mama saya dengan mata berkaca-kaca mencium sambil berbisik, "Mama anter sampe sini aja ya. Berdoa." dan saya hanya bisa menahan tangis sambil mengangguk.
Sekilas semacam drama di tivi. Tapi percayalah, saya dalam hati minta maaf kepada Tuhan, atas semua salah saya kepada Mama karena rasanya begini ternyata mau melahirkan. Seperti meregang nyawa.

Sesampainya di ruang operasi, saya menunggu beberapa saat sambil semua tim mempersiapkan alat-alat. Pikiran saya kembali jelek karena saya kembali akan disuntak-suntik.
Saya lupa berapa orang di ruangan itu, kurlebnya 5 orang sudah termasuk dokter kandungan saya dan dokter anestesi.
"Halo Ibu, saya Asmaya, dokter anestesi," sapaan ramah mampir di telinga saya. Di samping saya berdiri dokter itu hanya terlihat matanya karena sudah berpakaian lengkap ijo-ijo ala tim medis lengkap dengan maskernya. Saya lagi-lagi hanya mampu mengangguk dan tersenyum.

"Bu, ini kita suntik biusnya ya di punggung, posisi badan melengkung," perintah dr. Asmaya.
"Bentar, Dok! Saya kontraksi lagi!" teriak saya. Kontraksi muncul saat posisi saya sudah melengkung dibantu seorang mbak suster.
"Oke, udah, Dok. Hitung sampe 3 ya, Dok, saya mau tarik nafas," begitu perintah saya. Konon menarik nafas dapat mengurangi sakit.
"Oke, Bu, siap, ya. Ini jarumnya udah saya tempel di kulit. Tarik  nafas, satu...dua.. tiga"
Cressss... sesuatu yang ngilu menghantam tulang punggung saya, seketika kaki saya berasa kesemutan dan dokter bilang itu adalah efe bius lokal barusan.
Dalam hitungan detik saya udah nggak ngerasa apa-apa di bagian dada ke bawah, dan ada kain hijau yang membatasi pandangan saya ke daerah perut.
Dokter menyarankan suami saya ikut masuk. Padahal di depan, suami saya di stop sampai di pintu ruang operasi sama Mbak Suster.

Mereka mulai mengoperasi saya, para dokter itu bersenandung seolah-olah cuma lagi main catur, hihi. Saya sendiri mulai ngerasa ngefly dan ngantuk luar biasa. Saya hampir aja berniat pejemin mata saat saat denger sapaan khas, "Hawooo.."
Suami saya. Lagi-lagi saya mau mewek. Hahaha sejak hamil saya jadi sensitif banget..
Akhirnya saya ngobrol-ngobrol sama suami sampe akhirnya bayi saya diangkat,dibersihkan dan ditunjukkin ke saya.
"Ini anaknya, Bu... 3,5kg, 50 senti. Dicium ya anaknya, ya..."
Saya bersyukuuuuuuurrrrrrr luar biasa saat mencium bayi saya. Bau yang khas. Cuma saya nggak sempet liat jelas wajahnya karena sudah dibedong dan mau dibawa ke ruang bayi.

Akhirnya penantian saya selama 9 bulan berwujud nyata. Cantik. Saya nggak bisa mendeskripsikan perasaan saya yang kadang masih nggak percaya, sudah ada bidadari kecil diantara kami, saya dan suami.
The three of us.

Bunda akan merindukan masa-masa kamu di perut Bunda, Nak...
Saat Bunda pulang kantor dan kelelahan luar biasa kita tanggung berdua..
Saat hanya kita berdua kehujanan di jalan tanpa jas hujan dan dicipratin orang...
Saat Bunda menahan apapun yang Bunda makan agar tidak mendesak keluar...
Saat Bunda mulai merasakan pergerakan kecilmu, sampai tendanganmu yang terkadang membangunkan Bunda dari tidur.
Saat kita bercakap-cakap dan kamu merespon dengan gerakmu......
Betapa nikmat semuanya, Nak....
Kelak jadilah yang membahagiakan orang tua dan sekitarmu..
Bahagia dan sukses mengikuti jejakmu, kemanapun kamu melangkah...

Selamat bertarung dengan dunia, Ni Putu Kinan Nirvasita Naresvari-ku.......

Rabu, 25 Juni 2014

Counting Days!

Inilah kegiatan embak-embak hamil yang cuti melahirkan dan nggak ada kerjaan di pagi hari setelah suami berangkat ngantor, hihihihi.

Soooo, Senin kemarin saya dan suami kontrol mingguan ke Rumah Sakit lagi. Deg-degan banget awalnya karena minggu lalu pas ngecek kepala si Cantik belum masuk panggul dan selama seminggu penuh ini saya sudah melakukan gerakan senam ringan dan apa-apa aja yang disaranin dokter.

Diawali dengan USG. Makin kesini, si Cantik makin nggak keliatan full waktu di USG.. Jadi yang kesorot jelas cuma kepala sama kakinya aja. Dokter jelasin gambar abu-abu di depan saya ini ari-arinya, itu ketuban, ini lambungnya, saya nggak ngerti dan tetep aja di mata saya nggak jelas, hehehe.

Tapi yang penting kondisi si Cantik sehat. Organ dalam terutama. Detak jantungnya normal dan syukurnya beratnya sudah stabil, nggak over mulu kayak awal trimester ketiga kemaren heheh.
Nah, akhirnya dokter nyampein kepalanya udah masuk panggul, udah di bawah banget, udah nekan kandung kemih.
Dokter juga meriksa langsung dengan tangan, perut atas dan bawah ditekan untuk mastiin posisi kepala bayinya dan leganya luar biasa pas dokter bilang, "Iya ini, udah di bawah banget kepalanya. Ntar lagi, nih."
Wuahhhh, katanya sih kurang dari 2 minggu lagi. Dan sabtu ini tanggal 28 saya diminta untuk ke RS lagi untuk cek NTS alias cek detak jantung bayi. Kalo masih normal, ya boleh pulang lagi.
Kalo memang ada yang perlu diambil tindakan, ya berlanjutlah.

Pantes aja seminggu belakangan ini saya udah ngerasa sakit-sakit gimana gitu di selangkangan bahkan pas jalan rasanya kayak disundul-sundul, bawaannya pipis mulu.
Astungkara bangetttt, si  Cantik selalu dengerin permintaan Bundanya.
Iya, saya selalu praktekkin afirmasi positif untuk komunikasi dengan janin. Memintanya untuk membantu saya, bekerja sama dengan saya supaya semuanya menjadi mudah dan menyenangkan.

Jujur aja dibalik rasa nggak sabar ini, saya juga ngerasa deg-degan. Saya tau ini proses yang akan dilalui semua wanita hamil. Saya selalu cari tau tentang kelahiran normal dan ASI untuk mempermudah proses pasca melahirkan.
Tas bayi juga udah saya siapin. Jadi semisal ada apa dan sifatnya emergency, tinggal angkut tas aja.

Mari sayang,kita semangat, ya! Bentar lagi kita ketemu loooooh ^_^

Senin, 23 Juni 2014

Mission Almost Complete

In amazing 37 weeks! Yay!!

Di pemeriksaan terakhir, dokter bilang janin saya belum masuk panggul, walaupun kepalanya sudah di bawah. Kembali, saya disaranin untuk banyak jongkok berdiri berulang kali dan perbanyak jalan kaki.
Alhasil, beberapa kali lah saya sengaja jalan kaki ke depan untuk beli bubur sarapan pagi. Jaraknya lumayan sekian ratus meter.

Di Sabtu kemaren, malah saya jalan dari rumah ke rumahnya kakak ipar ditemenin suami (tetep aja ngetem dulu di tukang bubur, di tengah perjalanan). Ya kalau pake motor sekitar 5 menit lah. Jalan kaki ada kali hampir setengah jam itu kemaren. Bolak balik ya hampir 1 jam. Wiihiiiiw. Sambil mensugesti perut, "Ayo, anak cantik, turun ke panggulnya Bunda ya, biar mudah kita ketemunya."
Amin!!!

Di dekat kelahiran seperti sekarang ini -kurang lebih 3 minggu lagi- saya memang memperbanyak aktivitas fisik dan rajin latihan nafas. Senam juga selain di rumah sakit yang dua kali seminggu, sekarang saya tambah sendiri di rumah. Secara saya udah mulai cuti mulai 13 Juni kemaren, otomatis kegiatan saya berkurang jauh. Baik dari segi fisik maupun pikiran. Dan ternyata nggak ngantor itu enak juga, lho, hahahahah. Cuma bingung aja pagi sampe siang itu ngapainnnnn. Rumah nggak segede sinetron lebay di tivi, bersih-bersih setengah jam kelar. Cucian dikit. Masak juga nggak yang seribet Farah Quinn. Kadang kerjaan juga dibantuin suami kalo pas dia di rumah. Larinya palingan sesekali saya buat makanan ringan untuk kepentingan ngemil saya dan suami. Sangat banyak waktu kosong sampe nungguin suami pulang kantor. Tentu saja kalo siang saya tidur (hal yang nggak saya dapatkan saat ngantor).
Mama saya nyaranin untuk banyak-banyak ngepel jongkok. Tapi ini lutut kena lantai sakit amat, berohhh.. Jadi mohon maaf, Ma, banyak jalan menuju Roma. Banyak cara selain ngepel jongkok.

Ini sebenernya udah di antara nggak sabar dan harap-harap cemas. Suami pun begitu. Berapa kali saya ngalamin yang namanya kontraksi palsu. Kontraksi yang datang dalam interval jam. Perut saya mulesnya luar biasa dan suami selalu bilang, "Jangan-jangan ini, anakku mau lahir."
Mau nggak mau saya jadi ngakak juga liat tingkahnya begitu. Tapi kalo mau jujur, saya juga seperti itu, berharap kontraksi saya memang kontraksi bukaan. Tapi mengingat gerak bayi saya masih cenderung aktif dan kepalanya belum masuk panggul, saya paham juga ini belum saatnya saya ketemu si Cantik.
Sabar...............................

Nah, untuk kelahiran sendiri, saya berharap saya bisa normal. Makanya saya berusaha terus supaya secepatnya posisi bayi saya mapan. Ngeri dan takut, ada kok perasaan gitu. Cuma saya sudah bertekad dalam hati. Inilah kodrat saya, inilah perjuangan saya. Inilah pengorbanan saya. Sembilan bulan merindu pada yang belum pernah saya temui wujudnya, inilah yang harus saya tempuh untuk bertemu. Saya bisa mendengar dari cerita orang-orang kelahiran normal itu sakitnya begini begitu, enaknya begini begitu. Mama saya menyarankan operasi karena tahu banget saya paling nggak tahan sakit (saya pernah operasi kelenjar dan pas disuntik saya jejeritan sampe kedengeran kemana-mana :D ). Suami menyerahkan penuh kepada saya apakah mau normal atau operasi dan saya dengan tegas menjawab, operasi adalah opsi terakhir. Malah saya menganggap tidak ada jalan operasi, Yang ada hanya normal, normal, dan normal. Hehe, begitulah cara saya mensugesti pikiran saya sendiri.

Apapun itu, saya pernah baca, bayi punya cara mereka sendiri untuk bertemu orang tuanya. Itulah sebabnya saya selalu komunikatif dengan perut saya, mengajak dia untuk membantu saya, untuk memudahkan saya bertemu dengannya.
Semoga ya... :)

Jumat, 30 Mei 2014

Untitled

Harusnya saya sudah larut dalam mimpi...
Harusnya saya sudah terpejam memeluk malam, ditemani dingin buatan...
Harusnya saya sadar, besok saya juga akan beraktivitas dan butuh tenaga baru.

Tapi saya masih disini, menyala terang bersama kedua mata saya dan lampu kamar, mendekap hawa dingin malam, terselubung selimut biru, dengan pikiran melayang kemana-mana.
Di kanan, suami sudah terlelap dari tadi. Mungkin dia juga lelah dengan hari setelah beraktivitas.
Si mungil di perut masih meronta seperti biasa, jamnya dia bermain.

Ada apa, ya?
Saya juga tidak paham. Sama sekali.

Pikiran saya tidak diperaduan ini.
Entahlah.

Apa jadinya kalau pada jam ini (satu dini hari) saya melakukan kebiasaan jaman kuliah? Menulis sambil duduk di atas tepat di sebelah balkon rumah. Walaupun di jaman dulu juga saya tidak pernah menulis di balkon di jam jam terlelap seperti sekarang.

Saya sedang merasa kerdil. Kecil, seperti curut. Ya, begitulah.
Saya harusnya sedikit dewasa untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak perlu masuk ke benak saya. Tapi hal-hal tidak penting itu juga mengguncang saya sedikit. Sedikit. Sedikit sekali.

Pencarian.
Pikiran saya sedang pada kosa kata itu.
Mencari karena kita belum bertemu, tidak bertemu, atau ingin bertemu.
Mencari agar sesuatu yang terselip dihati terpenuhi.
Mencari agar mendapat sedikit kelegaan.
Mencari lalu sakit.
Mencari lalu bertanya tanya sendiri.
Jawaban pun diterka sendiri.

Saya harus tidur sekarang. Sebelum saya terpental pada pusara pencarian yang tidak akan ada ujung pangkalnya.

Rabu, 02 April 2014

Rabu Rasa Senin

Whooosaaaaaaahhhhh...... just one word for today. Tired!
Ya, tired! Setelah libur 4 hari mulai Sabtu (Selasa kemaren disini libur karena Nyepi), Rabu hari ini begitu seperti Senin.

Nasabah pada dateng nggak kunjung berenti kayak nggak ada hari besok aja.
Belum lagi di kantor lagi ada pemeriksaan dari tim audit internal kanwil. Semakin lah!!
Seakan ngerti perasaan Bundanya, yang di perut juga nggak diem-diem, nggludang ngglunding terus.

Dia seakan ngingetin bundanya kalo bundanya udah kebanyakan gerak dan harus istirahat. Tadi di kantor rehat sejenaklah saya di dapur sambil minum. Aaaak, i love you so much sayangku...
Di sore hari saya pikir saya bisa renggangin kaki saya yang mulai bengkak ini. Tapi ternyata tidak. Tim audit minta file ini dan itu yang bikin saya mondar mandir sana sini. Hiks, mamaaaaaaaaa.....
Dan ternyata sampe jam setengah tujuh juga saya masih di kantor. Suami udah bbm aja bilang laper dan nyuruh cepet pulang. Duh, sedihnya..
Di jalan pas jemput saya, saya tanya lauknya udah diangetin apa belom, dia bilang belom. Udah makan apa belom dia bilang belom juga. Alamak..
Mikirnya ajak makan dulu di luar tapi sayang lauk banyak di rumah.

Ehhh tapi ternyata pas sampe rumah saya udah disambut dengan nasi kuning dan lauk-lauk yang udah hangat. Saya tinggal santap. Pas saya buka tudung saji, suami dengan childishnya bilang, "Surpriseeeeee, semua udah anget..."
Hahahahaha, liat ekspresinya sambil ngomong itu bikin ketawa sendiri..

Duh, surga kecil ya gini.. thanks to Lord!
Capek saya hari ini ditambah dengan flu yang makin bandel. Hidung saya meler. Tentunya saya nggak mau minum obat, kasian dedek. Hiks.

Get well soon my body, we have many things to do T.T

Minggu, 30 Maret 2014

Moving Forward

Heyhoooooo.......
Ahhhhh, kalo udah weekend ini salah satu yang wajib adalah ngeblog. Setelah 3 minggu weekend saya selalu ada aja yang dikerjain -ya weekend banking lah, ya acara ini itu lah- akhirnya saya bisa juga pacaran sama tuts-tuts laptop.

Jadiiiiiii.... dedek udah masuk minggu ke 25, udah makin guede, udah main-main di dalem, udah bisa nggodain bundanya lewat tendangan dan tinjuan kecilnya, Gemesssss. Can't wait to see you, my miracleeeeee... kiss kiss. Lucunya kalo nenek atau ayahnya pengen megangin, dia diem aja. Nggak gerak-gerak. Hihihi... Neneknya sampe gemes sendiri.

Tadi malem juga saya kontrol bulanan. Kepalanya balik lagi ke atas, padahal bulan lalu udah ke bawah. Katanya kalo air ketuban masih banyak memang masih muter-muter di dalem, posisi masih ada kemungkinan berubah lagi. Disuruh sering banyak sujud sama ngepel, supaya kepala dedek cepet kekunci di bawah dan masuk panggul. Oke, demi niat melahirkan normal, ini saya subuh-subuh udah bangun dan nunggang nungging di kasur, hehehe...
Beratnya juga kelebihan 200 gram. Normalnya itu 800 gram, dan tadi malem sudah 1085 gram alias 1 kilo. Wahhhh, nafsu makan saya emang, sih, semacam balik ke jaman gadis euy, apa aja disantep. Berat saya sudah naik 10 kilo looooooooo. Tapi tensi semalem rendah, mungkin akibat saya pulang malem 2 hari kemaren, nyampe rumah di atas jam 8, dan lemes memang, sih, rasanya. Untung aja langsung disambut long weekend jadi ada kesempatan istirahat.

Secara keseluruhan kondisi dedek bagus, jantungnya oke, dan saya udah jadwalin USD 4D sekitar April pertengahan. Penasaran banget sampe sekarang nggak jelas dedeknya tuan putri apa pangeran. Saya mah apa aja yang penting sehat dan lengkap. Kalo cewek ya enak dipretel-pretelin, bajunya unyu-unyu. Cowok juga, ya, lucu. Pokoknya seneng banget tiap ngikutin progress perkembangannya si dedek, seneng juga liat ayahnya yang semangat nanya ini itu ke dokter, malahan banyakan dia yang nanya dibanding saya.

Dan di Maret ini juga saya dapet kejutan dari suami. Tetiba aja pertengahan Maret kemaren saya dapet kabar dia dipromosiin untuk kantor unit Kupang sebagai Managing Director. Jreng jreng!!!!! 

Udah dapet kabar duluan, ehhh nggak lama beneran ternyata memo dan SK-nya terbit

Sempet bengong juga, sih, mesti seneng atau miris, Kupang bo!! Hahaha, kidding!!
Tentunya saya bersyukur banget, dong, sama kemajuan karirnya. Hal yang mungkin nggak dia dapatkan kalo masih sekantor sama saya (Lah, kalo masih sekantor, ya, nggak nikah-nikah :D).
Yang jelas setiap harinya saya selalu mendoakan dia untuk setiap yang dia kerjakan, semoga jadi berkah. Supaya dia selalu sehat dan diberikan keselamatan dimanapun dia berada.
Ini kali, ya, yang namanya rejeki anak, ya. Orang-orang pada bilang gitu, saya ya mengaminkan. Di luar dari itu, kan, anak memang rejeki untuk orang tuanya.
Berhubung kantornya belum buka -dari bangunan dan sistem belum siap- jadi sementara dia OJT dulu di Denpasar sampe batas waktu yang tidak ditentukan.
Iya, ilmu harus disiapin, yang nggak kalah penting ya jelas siapin mental. Tantangan banget ini menurut saya. Dia nggak pernah ke Kupang, harus beradaptasi sama pola hidup masyarakat disana. Doi mulai, tuh, googling berbagai hal tentang Kupang dan saya kerjaannya liat-liat flight dari dan ke Kupang, hahahaha.
Banyak yang nyaranin saya ngajuin mutasi ke Kupang juga, mumpung area di Kupang juga masih dibawah Kanwil Denpasar. Tapi banyak hal yang saya pikirin. Jatah mutasi swadaya kan cuma sekali seumur hidup, dan saya akan gunakan disaat bener-bener membutuhkan. Nggak lucu, dong, abis ikut dia ke Kupang terus kalo pindah lagi, saya harus resign. 
Oke. Pertama, suami masih akan terus move kesana-kesini, nggak selamanya di Kupang.
Kedua, kantor unit di Kupang masih di bawah kantor cabang Denpasar. Otomatis dia mungkin akan lumayan sering ke Denpasar untuk urusan pekerjaan tertentu. 
Ketiga, dedek yang masih kecil dan saya berpikir Denpasar masih tempat terbaik untuk tumbuh kembang dibanding Kupang. Maksudnya dari segi lingkungan -dekat dengan keluarga-dan pengaruh psikisnya, lo ya..

Tapi suatu saat saya pasti ikut kemanapun suami tugas, kok.. Walopun bisa aja suami yang akan menetap di Denpasar.
Ada waktunya nanti saya mengutamakan kepentingan keluarga, terutama anak-anak saya. Mendampingi mereka bertumbuh (mengingat kelakuan remaja sekarang bikin ngelus dada dan mijet kepala) dan being a full time mommy. Hahaha, sounds like a perfect housewife, ya.. Bukannya nggak sayang karir atau gimana. Wong sampe sekarang aja sebenernya suka miris kok kalo inget saya punya nomor register akuntan negara tapi malah kerja di bank, hahahahaha (ketawa sambil nangis)
Tapi balik lagi.. Life is a choice.. Life is about choosing. Akan ada prioritas yang jadi tujuan utama hidup saya. Untuk sekarang, jujur aja, saya masih cinta karir saya dan lagi giat-giatnya nabung untuk kehidupan anak yang lebih baik. Lebih baik dari saya dan suami. Itu harus.

Eniwei,selamat ya, bojo koplak... Kita sedang bersama untuk selangkah lebih maju..

 Im really really proud of you..
 
 


Minggu, 09 Maret 2014

Seteguk Cinta dari Cawan yang Tak Pernah Kosong

Saya tidak tahu bagaimana melukiskan cinta saya untuk kalian berdua, malaikat malaikat saya di bumi. Saya tidak sabar menunggumu hadir. Three of us....
Apapun tidak akan sebanding untuk ditukar dengan keberadaan kalian.

Teruslah bertumbuh dengan kekuatan kasih yang kita bangun, sayang-sayangku.
Hidupku, nyawaku, ada sebagian karena kalian.

Saya sudah punya Pelangi. Sekarang saya juga punya Matahari dan Bintang, yang melengkapi album jejak kehidupan saya

Sabtu, 22 Februari 2014

Sweet February 2014

Yaaaaa, pas sebulan sejak terakhir tanggal saya blogging. hehehe, maklum ibu rumah tangga plus wanita karir itu lebih milih meluk guling daripada neken tombol switch on laptop.
Berhubung wifi di rumah udah nyala lagi, akhirnya hari ini saya sempatkan juga.

Banyak moment yang terlewat nih dari sejak terakhir saya ngeblog.
Yang pertama adalah................

AYU AMBRIYANA'S WEDDING :* :*

Dan saya sudah genduuuuuuuuutttt saingan sama suami, hihihi 




Kami yang dulu (kiri bawah). Masih pada punya pacar. Eh, nggak deng, yang tengah udah putus


Jadi, Ayu si my sweetest girl yang unyu-unyu itu akhirnya menikah juga nyusul saya. Maka lengkaplah sudah personel trio kwek kwek berstatus K1 di kantor. Bahagiaaaaaa sekali, karena walaupun nggak ngikutin dari awal, tapi saya tau perjuangan berat mereka selama 8 tahun ngelaluin semua rintangan, baik rintangan dari intern mereka berdua, sampai ke rintangan yang sifatnya prinsipil banget. Dan cinta pun teruji seiring berjalannya waktu.
Saya dan suami menghadiri pernikahan mereka di dua tempat, Gereja Banteng, dan resepsi di Hyatt di daerah Kaliurang, Yogyakarta
Bahagia selalu ya, Munyukku.... Apa yang sudah Tuhan satukan, janganlah sampai diceraikan oleh manusia, itu pesan Romo yang menikahkan mereka sore 30 Januari 2014 lalu.

Oiya, saya juga kesana barengan sama Mama dan Mertua saya, karena kebetulan Minggu siang, 2 Februari 2014 kita ada acara syukuran ulang tahun eyangnya suami di Solo.
Selama di Jogja, kita nginep di Kaliurang juga, dan tentunya saya kangeeeeeeen sama Jogja secara udah setahun lebih saya nggak nginjekkin kaki kesana. Sohib-sohib kentel udah pada hengkang dari sana.

Nah, sebelum saya ke Jogja saya udah nazar harus nyicipin nasi kunin di daerah Babarsari dan siomay goreng Perumnas Seturan, hihihihi.... Dedeknya yang minta nihhhhh.
Kesampean doooong tentunya.

Dan disana juga saya ketemuan sama temen-temen lain yang udah saya anggep kayak adek dan abang sendiri. Ehem, dulunya sihhh kenal mereka karena mereka gabung di UKM Fotografi yang sama dengan mantan, nama UKM nya itu STIEHUNT, dari STIE YKPN.Walopun udah berlalu hubungan saya sama mantan, tapi tetep sama mereka saya menjalin komunikasi yang baik. Secara dulu tiap ke Jogja mereka adalah salah satu yang saya repotin, nemenin kesana kesini.
Kita ketemu berdelapan waktu itu. Mereka berenam, saya dan suami.
Ncen, Echy, Ingga, Meliestra, Gita, Rifky. Ada satu lagi, Tika, tapi ada acara katanya jadi nggak bisa join.
Kangennyaaaaaaaaa...

Bener-bener dah bodinya yang dua di ujung kanan.....

Sabtu sore setelah full dengan siomay goreng Seturan, saya ke berangkat ke Solo pake bis dan berangkat dari terminal Giwangan dianter Echy, Ncen dan Rifky. Dan ternyata lumayan jauh dari Blok O. Sampe nggak enak sama mereka bertiga.

Well, Jogja tetep jadi the missing place untuk dikunjungi lagi, lagi, dan lagi..... Suasananya, makanannya terutama hahahaha... *tetep makanan*


VALENTINE's DAY................................

Norak kali, yaaaaa hari gini masih valentine-an. Hahaahaha, jujur, saya sih bukan penganut paham Valentine ya. Love is everyday, love is about caring and understanding, ehehehe.
Tapi gimana ya,ini pertama kalinya ada momen valentine setelah saya menikah.
Eh, padahal, malemnya saya sempat bersitegang tuh sama suami, gara-gara saya mbulet sih, hehehehe...
Tapi gimana ya, saya ngerasa bersalah gitu udah bete-betean. Untuk menebus rasa bersalah itu saya siapin cupcake unyu buat kita berdua ntar malem. Pas beli cupcake itu, aduh mak, malu juga. Isinya itu toko anak-anak abege sepantaran adek saya. Saya pake baju batik dan lupa nyopot id card berasa tua banget untuk masuk kesitu. Hahahaha.
Akhirnya saya pilih cupcake dengan hiasan couple 3D dan saya beliin 2 batang coklat juga untuk driver saya.

Sampe di rumah pas 14 Februari itu, saya udah mau tidur dan siap-siap bikin susu. Suami yang juga baru sampe rumah, langsung mengambil alih tugas saya dengan buatin saya susu. Walopun agak nggak yakin sama takarannya (kebiasaan saya dari dulu adalah menakar sendiri minuman untuk saya dan nggak yakin sama bikinan orang lain), ternyata bisa pas juga. Hehehehe.
Nah dan dikamar, berubah dehhhhh, lumer bener-bener dehhhhh marahnya sayaaaaa, sebuket bunga plus boneka yang megangin, coklat putih, dan nggak ketinggalan coklat favorit saya, cadbury, yihaaaaa...
Cintanya jadi semakin makin. Ini ya yang namanya jatuh cinta berkali-kali ya. Dia emang tipe romantis. Romantis koplak tapi, hehehehehe...
Saya sayang banget mo makan cupcakenya, heheheheh 
Mencintai itu adalah belajar ya, ternyata. Bagaimana kamu menerima pasangan dalam keadaan terburuk hubungan kalian. Bagaimana kamu bisa membagi bahagia berdua dengan pasangan. Bagaimana kamu mampu menyingkirkan ego demi kebaikan bersama. Tentunya juga bagaimana untuk memaafkan tanpa menyisakan api-api amarah. Banyak. Banyak sekali.
Seperti status saya di Path, Valentine is not only a moment. It is about loving someone wisely and set them happy
Ya, bagaimana mencintai dengan bijak dan menjadikan mereka bahagia. Karena untuk mencintai saja mungkin hanya sekedar rasa. Tapi disertai dengan bijaksana? Saya juga sampai sekarang masih belajar. :)

Oiya,ulang tahunnya suami juga deketan sama valentine, hahahahha. Jadilah saya kelimpungan nyiapin kado. Nggak sempet tiup2an lilin soalnya dia nempelin saya terus kemana-mana..Cuma sempet beliin dia something yang hmmmm, nggak semahal ikat pinggang LV sih ya, tapi saya mikir apa yang kira-kira berguna buat dia.. Dia pengen banget sepatu. Udah beli deng sebelum dia ulang tahun.
Jadi saya mikir, dia kerja di ruangan AC, kayak saya, duduk terus, cuma sekali-sekali jalan kesana kesini. Aktivitasnya kayak bajing, alias loncat-loncat meeting sana-sini, pulang seringan malem banget. Makan juga seringan traktiran yang isinya kolesterol itu. Aha,lalu satu ide seperti lampu pijar di otak saya. Hadiah sederhana, tapi pasti digunakan. Hehehehe. Apa ya? Itu deh pokoknya.
Pas banget dapet bungkus kado The Avengers, salah satu film yang dia doyanin

Dan di tengah malam menjelang 17 Februari itu saya dipeluk kencengggg banget. Saya pengen nangis liat dia yang juga berkaca-kaca setelah baca kartu ucapan saya. Saya pengen nangis inget pengorbanan-pengorbanannya dia buat saya, inget tutur kata dan sikapnya yang selalu hangat juga lembut kepada saya bahkan dalam kondisi super lelah sekalipun.
Saya berbisik kecil ke telinganya, "Sampai mati, aku cuma pengen sama kamu...."
 Ya, benar...bahkan bila reinkarnasi memang ada, saat saya dilahirkan kembali nanti, dalam wujud apapun, saya selalu berharap kembali berjodoh dengannya...
Ah, bahkan hati saya menghangat saat menulis ini.

Well, tentunya segala doa baik saya panjatkan, semoga suami yang sekaligus sahabat saya itu selalu dalam lindungan Tuhan, jadi pemimpin rumah tangga yang baik. Dan saya juga minta agar selalu bisa melakukan satu hal untuknya : membahagiakannya lahir batin, seperti yang selalu ia usahakan untuk saya dan calon anak kami.

Februari ini sungguh manis.Semanis gula dan wajah saya.

Seperti katanya Martina Mcbride

and even if the sun refused to shine...
even if romance ran out of rhyme..
you would still have my heart until the end of time...
cause all I need is you, my Valentine.......








Rabu, 22 Januari 2014

Pregnancy is Amazing

Tadaaaaaaaaaaa......

Dari kapan jaman pengen ngeblog, apa daya wifi di rumah ngadat. Iya, rajin bayar telpon dibalas dengan koneksi ngadat itu kan seperti susu dan tuba, hikss. Terpaksalah saya ngeblog dari papan penggilasan, eh talenan deng.

Weellllllllllll, malem ini rada betebete ah, heeeeee. Gara-garanya si doi pulang malem terus karena ada pelatihan di kantor. Nggak bete sih, cuma kan namanya cewek, kalo nggak betean, nggak komplit jadi cewek.

Tapi setidaknya sekarang saya punya temen, walopun belom nongol ke bumi, hehehe.
Astungkara memasuki minggu ke 13, udah jarang mual dan nafsu makan udah kayak jaman gadis. Sering khilaf.
Sayangnya adalah, sampe sekarang saya masih susah banget makan buah dan sayur. Sedih banget. Doyannya malah makanan-makanan yang nggak bergizi sejenis bakso dan mie ayam. Untungnya saya doyan minum susu hamil.

Oiya, kata orang saya makin cantik dan dibilang anak saya cewek. Tapi saya jadi males mandi dan bawaannya ngantuk pengen tidur terus. Makanpun cuma mau daging2an. Dibilanglah anak saya cowok. Hahahah.
Apapun itu, yang kamu sehat ya anak sayanngggg, muach.

Suami juga bawaannya jadi bawel, ngingetin saya terus dan terus untuk mandi pake air hangat, apalagi pinggang saya sering pegal dan nyut-nyutan. Juga soal makanan, itu terutama. Sayur buah sayur buah, cuma itu kosakatanya untuk saya.
Tapi tetep saya berterimakasih untuk perhatiannya yang nggak pernah putus.
Ada satu lagi, saya jadi super manja dan doyan ketek suami. Entahlah ini maunya si anak apa emaknya.

Dibalik semua itu, ini adalah hal kesekian yang terindah dalam hidup saya. Yang belum pernah saya rasakan, yang ternyata rasanya lebih bervariasi.
Saat kita merasakan apapun, ia juga merasa. Saat kita sedih, ini perut rasanya ikut kram.
Saat ayahnya bisik bisik di perut sambil menciumi perut saya, saya berpikir, sedahsyat ini romantisnya seorang ayah kepada anaknya yang bahkan belum pernah bertemu. Sayang yang tidak palsu.
Begini super duper menakjubkannya Tuhan beri kesempatan kepada perempuan untuk merasakan indahnya berkorban untuk nyawa lain di tubuhnya.

Mungkin nanti kalau anak saya sudah mengerti teknologi,mudah-mudahan blog ini masih ada, supaya dia tau, seperti apa cinta saya dan ayahnya kepadanya saat itu. Karena, tulisan adalah rekam abadi, bukan? :-)

Aaaaah jadi sedihhhhh, apalagi ini dvd mozart hadiah si doi lagi muterin instrumen twinkle twinkle. Uh uh uh, nggak boleh mewek, biar nggak cengeng katanya si dedek.

Selamat tidur ya, sayang. Bunda udah ngantuk, ayahmu tak buatin kamar di kantor aja kali, ya.
Muwaaaaaah :*